Prahara
Kulihat matamu berkaca
mengingat berat beban kita
Dan mendung selimuti padas
Batinku dirundung ragu dan cemas
Cerita dua manusia
Di terjang prahara mencoba upaya
Mungkin dulu kita tergesa Menyatukan langkah
Tak sadar rasa berbeda Dalam tentunkan arah
Harapku jangan dulu berpisah
Karena saat cinta merekah
Pintaku jangan dulu menyerah
Sebelum sesal nanti terlambat sudah
Bisik nurani berbisik nurani
(Kla Project)
Perjalananku dari kota asal menempuh waktu yang tidak sebentar. Menuntut stamina yang luar biasa. Rasa capek perjalanan yang harusnya muncul ketika datang tadi ternyata hilang begitu saja. Jujur saja say, ketika bertemu pertama kali denganmu di pintu tadi, segala rasa capek hilang demi melihat dirimu, wahai Perempuan desir angin yang kukenal setahun silam.
Namun dengan segala emosi yang ada di dalam dada, aku menumpahkan segala pertanyaan dan rasa yang ada di kepala. Aku harus mendapatkan jawaban saat ini juga sebelum mengucapkan kata-kata yang lain. HARUS!
Ruangan terdiam, hening. Riuh ramai hanya ada pada hati masing-masing. Pertanyaan yang tidak terjawab dan kata-kata yang tadi terluncur seakan-akan bersuara kembali di dalam hati. Ada rasa bersalah, ada rasa kecewa, ada rasa tidak puas bercampur aduk jadi satu. Memang kejadian ini tidak bisa dijelaskan menggunakan kata-kata yang ada. Hati yang merasa, seakan-akan mulut kehabisan definisi untuk menumpahkan apa yang sedang dirasakan.
Bagiku dan bagimu, punya alasan sendiri-sendiri.
Bagimana mungkin aku mau diduakan? Dengan sebuah definisi cinta untuk kehidupan yang kau berikan, tidak bisa begitu say.
Jadi alasanmu selama ini, karena aku tidak pernah mengucap cinta barang sepatah kata. Berarti masih belum apa-apa? masih bukan apa-apa? Aku tidak habis pikir. Apakah hanya sebatas ucapan itu kemudian menjadikan alasan pengukuhan atas cinta? Bukankah sudah banyak apa yang kulakukan selama ini kepadamu? Bukankah semua yang kulakukan kepadamu itu cukup menjelaskan bahwa aku mencintaimu? Tidak perlu pengucapan itu harusnya kamu tahu dong, say. Bahwa perasaanmu lebih halus untuk menangkap getar-getar cinta yang ada.
Tentang Ray, ahh … benar-benar keterlaluan. Mengapa baru sekarang kau katakan. Bukankah banyak sekali waktu yang terlewat di antara kita untuk saling bicara, saling berkomunikasi jauh-jauh hari untuk mengatakan hal ini. Mengapa baru sekarang?
Matahari condong ke arah barat. Cahayanya menguning dimainkan oleh daun-daun kelapa, keemasan. menerobos masuk ke pintu berkelap-kelip. Hari sudah semakin sore, angin berhembus semilir menyeret daun-daun kering masuk ke dalam rumah. Suhu udara sudah mulai mereda, begitu juga dengan emosi di dalam hati juga turut mereda, namun masih tersimpan.
Tidak ada yang memulai membuka suara. Matamu masih sembab dengan air mata sedangkan mulutku kelu dengan kata-kata yang tak mampu terucap. Mengapa bisa begini jadinya. Jika terus diam, tidak akan menyelesaikan apapun. harus segera diakhiri suasana seperti ini.
“Baiklah, begini say.” kataku membuka suara “Aku tetap pada pendirianku, akan mempertahankanmu. demi cintaku kepadamu, aku tidak akan menyerah sampai di sini. Kamu harus bersamaku meskipun sekarang aku jauh darimu.”
“Kaka…” jawabmu menjawab apa yang kukatakan “kaka boleh mencari penggantiku di tempat tinggal kaka sana. Tapi satu yang harus kau ingat, bahwa kaka telah membuatku lebih berarti. Aku akan tetap mencintai kaka sebagaimana aku mencintai Ray. Cinta untuk kehidupan, kalian berdua telah membangkitkan semangatku yang dari semua aku bukan apa-apa sehingga sekarang menjadi seseorang yang patut untuk diharapkan.”
Kamu menghela nafas sejenak.
“Saya ikhlas, jika kaka mencari yang lain. Aku akan tetap mencintai kaka dengan tangan kecilku ini.”
Sebuah dilema yang sulit. Antara kita berdua masih menyimpan rasa. Masing-masing tidak ingin berpisah, tapi di sisi hati yang lain masih terasa sebuah ganjalan antara mau dan tidak mau, rela dan tidak rela. Terkendala oleh keadaan cinta yang rumit.
“Jadi bagaimana?” tanyaku
“Kaka kan tahu hubunganku dengan Ray, tapi aku tetap mencintaimu ka? Maukah kau tetap mencintaiku seperti dulu?”
Aku tidak menjawab. Hening.
“Kita jalani saja seperti ini dulu.” aku menghela nafas panjang.
Maukah kau tetap mencintaiku seperti dulu?” Kamu tanyakan pertanyaan yang sama dengan wajah meminta. Matamu berbinar penuh pengharapan. Aku tetap tidak menjawab pertanyaan itu. Aku menatap lambaian daun-daun kelapa dengan tatapan menerawang.
Kamu tetap mencintaiku, tapi merelakan aku untuk mencari yang lain sebagai penggantimu. Sedangkan aku masih bingung dengan logika cinta untuk kehidupan itu. Dua cinta menjadi satu hubungan. Entah bagaimana menyebutnya, cinta segitiga? Dan aku masih harus bersikeras dengan kemauanku bahwa cintamu hanya untukku. Bahwa cintaku kepadamu akan terus kuperjuangkan meskipun masih ada ganjalan dengan dia, Ray.
***
Sejenak kamu berbenah diri, masuk ke dalam kemudian keluar lagi. Wajahmu sudah berubah menjadi ceria kembali. Menentramkan.
“Maukah kau mengajakku makan?”
Sebuah permintaan darinya. Aku masih terdiam. Masih kalut dengan hati yang tidak menentu ini. Sebenarnya permintaan agar aku mengajaknya makan adalah permintaannya sendiri. Dia tahu persis bahwa aku tidak punya uang untuk mengajaknya makan. Perjalananku dari kota asal ke kota ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk bertahan hidup pun masih belum tentu. Bahkan dia tahu kalau aku dari tadi turun dari bis tidak makan.
Dia meminta aku yang mengajak makan namun nanti dia yang akan membayar semuanya. Sungguh engkau mengerti benar bagaimana cara menghormatiku.
Aku tidak menjawab namun aku yakin kau tahu jawabannya, Iya. Kamipun keluar rumah. Melepas segala rasa ruwet yang ada di dalam rumah. Udara terasa segar meski sisa-sisa aroma tanah kering masih terasa.
“Sudahlah kaka, jangan diem gitu. Senyum dikit napa. Kita nikmati wangi sore ini.”
katanya dengan mata yang teduh dan tersenyum
Senyuman itu, sama seperti senyuman ketika kita bertemu di tempat ini setahun yang lalu. Senyuman itu yang membuatku selalu terkenang dengamu, selalu merindukanmu. Siapapun pasti tidak akan rela melepaskan seorang perempuan anggun, cantik seperti Perempuan Desir Angin. Senyumannya, tatap matanya yang teduh, cerianya, sungguh takkan rela ku melepasnya.
Aku tersenyum sedikit, pandangan tetap lurus ke depan.
Sebuah sepeda motor melaju kencang, menyenggol lengan kiriku dengan keras. Membuatku terhuyung kemudian menyenggol Perempuan Desir Angin. Dan perempuanku pun terjatuh.
pengendaranya seorang anak SMU berseragam, tidak menggunakan helm. Motornya oleng kerena setirnya menyenggol lenganku, kemudian terjatuh pada tumbuhan pagar pinggir jalan tak jauh setelah dia menyenggolku. Aku segera berlari menyusulnya, meminta pertanggung jawabannya, ingin sekali menghajarnya. Menumpahkan segala emosi di dalam jiwa.
“Jan**K, MASIH KECIL SUDAH UGAL-UGALAN!”
“KALAU MAU MATI JANGAN AJAK SAYA!!”
“DASAR ORANG KAMPUNGAN!”
Aku marah, benar-benar marah. Wajahku mengeras dengan sorot mata tajam. Teringat dengan sakit hatiku barusan yang belum terobati. Teringat bahwa Ray menurut ceritamu, adalah seorang pengendara motor balapan. Teringat Ray yang membawamu pergi disaat aku tidak ada disisimu. Aku mencengkeram kerahnya dengan tangan kiri, dan tangan kanan mengepal bersiap menghantam wajahnya.
Wajahnya ketakutan, memelas. Bibirnya bergetar. Aku tidak tahu dia menahan sakit atau memang benar-benar ketakutan karena emosiku. Kupikir hanya jatuh ke tumbuhan semak-semak seperti ini tidak akan menimbulkan luka serius. Tidak terlihat adanya luka pada tubuhnya, namun aku tidak perduli, aku benar-benar marah.
“Sudah ka … sudah … sudah. Gak usah diladenin.”
“Saya gak papa kok, Sudah ka.”
Perempuan Desir angin yang tadi terjatuh ternyata sudah memegang tangan kananku, lebih tepatnya menahan agar kepalan tangan ini jangan sampai mendarat di wajahnya, pengendara ugal-ugalan itu.
“Sudah ka … sudah!”
“Aku gak papa, Sudah …”
Perempuan Desir angin memegang lengan kananku dan berusaha menyeretku. Mau tidak mau aku melepaskan genggaman tangan kiriku pada kerahnya.
Orang-orang sekitar mulai berdatangan. Seperti biasa, ketika ada kecelakaan atau kendaraan jatuh sudah pasti akan jadi tontonan warga setempat.
Aku memegang lengan kiriku, sepertinya sedikit memar. Sedangkan pengendara itu, bangun dengan tertatih-tatih sambil mengangkat motornya, menuntun sebentar. Pengendara itu dikerumuni oleh orang-orang yang datang, ada yang menawarkan bantuan, ada yang bertanya-tanya, ada yang menyalahkan bahkan ada yang menyumpahi karena ngebut di jalan.
Aku dan Perempuan Desir Angin berjalan menjauh, melanjutkan mencari tempat makan di keramaian simpang 5 cilegon.
“Kaka, sabar ya. Aku gak apa-apa. Sudah, gak usah marah lagi”
“Dia menabrak! dan dia membuatmu terjatuh!”
“Iya saya tahu, tapi saya sudah gak papa. Sudah ya ka, gak usah marah-marah lagi.”
Kata-katanya sanggup meredam semua amarahku. Termasuk semua gejolak di dalam jiwa. Masalah diantara kita sudah kutumpahkan kepada pengendara motor itu. Aku sekarang sudah lebih tenang.
Kuberanikan diri menggenggam tanganmu menyeberang jalan, kamu tidak menolak.
super sekali ya kekuatannya, dengan hanya kata2 bisa meredam amarah 🙂
mandor
Perempuan Desir Angin adalah sosok yang memberikan semangat hidup. Setiap kata-katanya berwujud cinta yang sanggup meredam emosi.
Jadi siapa sih yang rela akan kehilangannya?
Haduh…haduh…situasi yang sulit! Yah, antara cinta dan diduakan 😛
Wis, golek meneh ae lah, jangan mau dijadikan serep
(lanjutane ojo suwi-suwi ngopo, Pak Ndor?)
mandor
Lhaa … masalahe wes kadung cinta je. Apalagi cinta jarak jauh. Sudah pasti akan sangat berat untuk berpisah.
Mencari pengganti Perempuan Desir Angin? Akan ada pemikiran panjang dan pergulatan batin untuk itu. Tungggu cerita selanjutnya ya, eh … kapan? Semoga saja tidak lama-lama
Masih dengan nuansa yang sama..
Emosiku dibolak-balik tanpa henti..
Kisah yang dalam…
mandor
Cerita Perempuan Desir Angin masih akan terus berlanjut. Akan ada kejutan di setiap tikungannya
Terima kasih ya atas kunjungannya
Kasihan juga si kecil ugal-ugalan itu jadi pelampiasan kemarahan hehe….
Yo wis, kalo dia suruh nyari pengganti, ya cari saja Le’, ntar dia bakal nyesel sendiri dan minta balik lagi. Dulu aku gitu..hihi…
mandor
hahahaha … mungkin memang sedang apesnya pengedara motor itu, kena marah.
Untuk cari yang lain? itu sebuah keputusan besar lho, aku aja gak yakin bisa mengambil keputusan itu
aku rasanya pernah denger isitilah “perempuan Desir Angin” tapi lupa kapan dan dimana itu.. 😀
mandor
Bukannya om Vyan sudah pernah bertemu dengan Perempuan Desir Angin, apa pura-pura lupa?
xiixixiixi
oh, lagu prahara itu juga kesukaan saya *lanjutin baca cerita nya*
mandor
coba kasih dong link nya, mungkin di Youtube ada video klipnya biar pembaca tahu lagu yang saya maksudkan itu
cuma nemu yg ini di youtube : http://www.youtube.com/watch?v=FMZWXVipSXE 😀
mandor
alhamdulillah ternyata sampeyan bisa menemukan lagu itu
sewaktu nak Leman menggenggam tangannya itu.. PDA harus keluar duit berapa..?
**mudah2an PDA wkt itu bawa uang yang cukup buat beli satelkok.
mandor
Lha kan masih ndak punya duwit, lha wong makan aja dibayarin 😀
mantap cintanya bisa meredam amarah dihati 🙂
mandor
kapan-kapan fikrie akan saya temukan dengan Perempuan Desir Angin itu ya
Ikut terinspirasi neh mas. Terimakasih.
mandor
terinspirasi buat nulis lagi ya
Semoga bisa membangkitkan kreatifitas tulis menulis kita
ebusyettttt sabar ojo mesuh mesuhhhhh ahahah..
mandor
wakqkqkkqk maklum kalo pas lagi emosi kata sakti itu langsung keluar
Negantung nih ceritanya…kalo mo lanjut angpaw-nya berapa ya????
mandor
Cerita lanjutannya hanya ada di blog ini, semoga saja bisa eksis. Angpawnya … waduh … halah.
Yang penting klik aja di kategori “Desir Angin”, cerita tentang Perempuan Desir Angin ada di situ semua
satu hal yang paling kutangkap dari tulisan ini sam.. sebuah kemarahan sampai keluar kata unik berinisial J.. 😉
ini kapan episode makan-makannya
mandor
lha yang namanya diduakan itu pasti rasanya gak enak, tapi ya gitu, gak bisa apa-apa
Keluar kata sakti itu spontan, lah wong arek jawa timuran hihihihi
Makan-makan? ditunggu saja episode selanjutnya
aku ikut membaca ya….
mandor
Monggo silakan. Semoga tidak bosan membaca cerita tentang Perempuan Desir angin ini
duh, sedih bacanya… 😦
aku juga pernah ngalamin, perempuan itu lebih mencintai dirinya.
mandor
semoga kejadian ini menjadikan pelajaran bagi kita semua
KIsah cint yang berliku memang susah untuk dijalani
Nice info mas bro… 🙂
Kunjungan perdana dari saya mas bro…
kunjungan dan komentar balik mas bro…
mandor
OK terima kasih
test
mandor
sudah masuk, test nya bisa dijalankan
test.
mandor
wekekekekke ternyata aki-aki menyimpannya di mesin sebelum menjatuhkan ke kotak spam.
Mulai kemarin saya obok-obok kotak spam gak ada isinya, eee baru sekarang datang komennya erwin rombongan.
waduh.. maaf banget, kebanyakan komentar.
mandor
namanya juga sedang disandera aki-aki
saya sudah omelin aki-aki. tamu baik baik kok disandera
jjiiiaahhh. .. sabar gan . sabar 🙂
saya juga pernah kayak gitu .
hmp -_____-
mampir ke website kami yya
http://www.the-netwerk.com
mandor
Memang sakit rasanya. Apalagi kalau pas ada tempat untuk melampiaskan
bener2 kentang nih…..kena tanggung…hehehehe…segera lanjutkan kisahnya…
mandor
lanjutan kisahnya masih menunggu mood untuk menulis kayaknya
Semoga bisa
Kok saya malah penasaran pengen kenalan sama Perempuan Desir Angin…
mandor
kapan-kapan akan saya kenalkan dengan yang namanya Perempuan Desir Angin ini
wah kalau lagunya kla project aku ga seberapa tahu 😀
mandor
Coba ketik di google prahara.mp3
coba dengarkan dan resapi, pasti akan merasakan apa yang saya tuliskan di sini
sepertinya aku pernah tau ttg Perempuan Desir Angin ini………….
tapi, dimana yaaaa…….
sangat familiar namun kok samar2…..
salam
mandor
Bundaa, masak pura-pura gak tahu sih dengan Perempuan Desir Angin
Mohon saya dibantu menyelesaikan masalah rumit ini … 😦
jadi si perempuan desiran angin bener2 berdesir ya mandor? 🙄
mandor
Desir angin, sebuah penggambaran tentang dia yang …
ahh, saya masih belum mamu mendefinisikannya
hai…salam kenal…menarik artikel anda..thanx
mandor
salam kenal kembali
hhaha .
mending di buat rileks aja gan .
reflesing 😀
http://www.the-netwerk.com
mandor
Maunya sih begitu, tapi tidak bisa
Penasaran sama perempuan desir Angin..
Aku kenal ga ya Bang hhee..
mandor
pengen kenalan ya
Kapan-kapan akan saya temukan dengan dia
Wow, PDA tetap menenangkan yang lagi bergejolak,
membebaskan cinta tetapi tetap tak beranjak pergi darinya, sip..
# masa2 labil sempat dengan praharanya Kla “)
mandor
Sebuah pilihan yang sulit nbagi PDA dan saya.
Mungkin harus dijalani dulu dan menunggu jawaban seiring berjalannya waktu
Dooh… gimana sih si PDA ini…
Mengapa harus ada Ray pada PDA…
Baiklah, ditunggu episode makan2nya 😀
mandor
hahahha pasti ada sesuatu di balik itu semua
Yang dia lakukan adalah menunjukkan cinta kepada kehidupan.
Episode selanjutnya silakan diikuti di blog ini ya
kunjungan perdana pak mandor.
hehehe.
masih baca baca dulu komennya ntar kalau sudah paham certanya.
salam kenal.
lanjut baca…
mandor
silakan berkunjung ke sini
Semoga tidak bosan dengan tulisan yang ada di sini
ini ceritanya pas kapan dek?
mandor
kajol, mbokya jangan mbongkar rahasia gitu kek. Saya kan masih muda belia