Lanjut ke konten

Ayah

4 Oktober 2011

Tiba-tiba aku merindukan ayah, wajahnya yang tua terbayang. Bagaimana kabar engkau hari ini yah? Tidak ada HP ataupun telepon kabel yang menjangkau engkau di sana untuk kita bercakap-cakap barang sebentar. Jika ingin bertemu, mau tidak mau aku harus berangkat ke sana, tapi itu tidak mungkin karena pekerjaan yang aku kerjakan saat ini mengharuskan aku berada di sini, tidak boleh kemana-mana. Jika engkau ada di sini, aku ingin engkau memberiku pelajaran, pelajaran apa saja yang engkau ketahui.

Gambar dicomot dari istockphoto

Ayah adalah pekerja keras, hingga perlakuan terhadapku juga keras. Beliau menanamkan padaku bahwa sebuah kehidupan itu haruslah diperjuangkan. Kerja kerasnya berangkat pagi pulang sore, bahkan di rumah pun masih melanjutkan pekerjaannya tetap saja belum bisa memenuhi keinginanku untuk memiliki sepatu baru. Sepatu baru hanya bisa dibelikan kalau pas kenaikan kelas. Padahal waktu itu aku tidak mau mengerti keadaan ayah dalam bekerja keras.

Hal yang paling menyenangkan adalah dia rela untuk menggendongku di atas pundaknya ketika ada karnaval di stadion Gajayana. Atau di lain kesempatan beliau menggendongku menjelajahi sungai mencari jalan terdekat ke rumah temannya. Atau pada saat pulang kerja, beliau membawakan sebuah makanan terang bulan (kalau sekarang namanya martabak manis), wow … senang sekali aku menghabiskannya, padahal beliau belum mencicipinya sama sekali.

Memang tidak dipungkiri bahwa ayah tidak bisa melanjutkan sekolah yang tinggi. Untuk memberikan biaya sekolahku, terhenti ketika aku sekolah SMU kelas 3. Ayah tidak mampu lagi membiayai sekolahku. Bahkan ketika aku lulus kuliah pun, ayah tidak bisa hadir, hanya menyampaikan rasa syukurnya lewat telepon atas keberhasilanku menempuh sebuah pendidikan. Namun setiap kata-katanya selalu memberikan aku semangat untuk terus mengejar apa yang aku cita-citakan. Beliau menjadikan dirinya sebuah busur, yang siap mengarahkan dan melesatkan anak panah kemanapun arah yang dituju.

Aku berpikir dengan keras, apakah aku bisa meneladani ayah. Menjadi seorang ayah dari anak-anakku se-berhasil ayah mendidikku hingga aku menjadi seperti sekarang ini?

Ayah menjadikanku orang yang berpendidikan meskipun beliau sendiri tidak. Ayah terus mendorongku untuk pencapaian karir meskipun beliau sekarang masih tetap seperti dulu kala, tetap menjadi karyawan.

Aku memandang diriku sendiri, sudah siapkah? Ada beberapa orang yang bilang tidak mudah menjadi seorang ayah. Ada juga yang bilang tidak sulit menjadi seorang ayah. Namun sayangnya belum pernah aku temukan ada pelajaran atau training menjadi menjadi seorang ayah. Semua berproses dalam diri setiap laki-laki untuk secara terus-menerus mempersiapkan diri menjadi seorang ayah.

Menyambut kelahiran :
Finessa Mafalda – 29 september 2011

24 Komentar leave one →
  1. 4 Oktober 2011 17:32

    mmm… aroma telonnya nyampe sini <- sini mana? ❓
    Selamat datang Nessa…^^

    mandor
    nganu nduk … minyak telonnya tumpah. Maklum sekarang mendadak jadi orang yang kagetan
    Terima kasih atas doanya ya, semoga kebaikan tercurah atas kita semua

    • 4 Oktober 2011 21:37

      Selamat datang di tempat terindah wat Nessa..
      smoga pintar, lucu dan sholehah spt bieLung, amiiin.

      [nDuk, ini Nessa yg itu kan..?]

      mandor
      Horee … aku tahu aku tahu. Ternyata BieLung itu adalah orang yang pinter, lucu dan sholehah
      Terima kasih ya bundo
      #eh bisik-bisik itu ngomongin Nessa yang mana yah, waduh kok ketahuan sayahnya

  2. 4 Oktober 2011 17:40

    hola Le mandore, selamat datang kembali *halah* heheheh…

    mandor
    setelah bertapa sekian lama, saya balik juga untuk nulis hihihi

  3. 5 Oktober 2011 11:13

    wealah ternyata masi ingat kalo punya blog ya sob 😀 selamat datang kembali 🙂

    mandor
    Kemaren-kemaren kan saya sudah ijin untuk bertapa dulu
    Sekarang sudah turun gunung di ranah perblogan

  4. 5 Oktober 2011 11:22

    wahh calon ayah rupanya…..hmm bertapanya lama sekali..sampe lumutan tuch hahahah….

    mandor
    bertapa dari ranah blog menunggu pemberian dari Tuhan, Alhamdulillah

  5. 5 Oktober 2011 11:35

    Ah jadi teringat mendiang ayah, hiks,,,,,,,,,,

    mandor
    teringat untuk dikagumi kan

  6. 5 Oktober 2011 11:54

    ola Le Mandore….
    piye kabare?
    abis bertapa dimana tho Pak Mandor? kok lama bang get yaaaa………….

    Selamat datang utk Nessa …..
    semoga selalu sehat utk menikmati indahnya cinta disekelilingmu 🙂
    salam

    mandor
    Selamat datang lagi di sini bunda. Senang sekali bunda berkunjung kembali di sini. CUkup lama ya saya meninggalkan ranah blog.
    Terima kasih atas perhatian bunda pada Nessa

  7. 5 Oktober 2011 12:52

    waaah, calon ayah euy..
    selamat……… 😀

    mandor
    alhamdulillah berkat doa anla Arinda
    Terima kasih ya

  8. 5 Oktober 2011 14:16

    Saya ingin jadi ayah yang baik….

    mandor
    menjadi ayah yang baik itu tidak ada yang ngajari, harus dilakukan sendiri
    Semoga kita bisa

  9. 5 Oktober 2011 15:04

    wah..bang mandor..apakabar?…
    hmm..tulisannya mengingatkanku pada sosok bapakku sendiri..
    beliau memang tidak mesempat mengenyam pendidikan sampai jenjang yang tinggi, tapi menghendaki semua anak-anaknya bisa lulus sampai perguruan tinggi…
    salut untuk semua ayah didunia…
    dan selamat menjadi seorang ayah, semoga bisa menjadi ayah terbaik di seluruh dunia….

    mandor
    Mengingat peran besar seorang ayah dalam pertumbuhan kita seakan kita tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan perjuangan beliau. Pengorbanannya untuk anak dan keluarga tidak ada pamrih apapun selain keberhasilan keluarga dan anak-anak.
    Terima kasih atas doanya ya, semoga kita semua menjadi ayah yang diharapkan oleh anak-anak kita. Selalu

  10. 5 Oktober 2011 15:11

    bonjour Le Mandore.. Ca Va Bien?
    hmmm…. sosok ayah… meski terkadang tak banyak cakap, namun ia sungguh memperhatikannya anaknya.. sungguh memperhatikan. 🙂

    mandor
    Horeee dhila mampir ke sini
    Memang sosok ayah sangat bersungguh-sungguh terhadap anaknya. Semoga saya bisa melakukan seperti itu terhadap anak saya.
    Terima kasih atas doanya ya

  11. Vyan RH permalink
    5 Oktober 2011 15:18

    Wah, selamat ya bang Mandor….
    Jadi orang tua nggak ada sekolahnya.. semoga menjadi orang tua yang bijak..
    ngomong2 koq ayahnya nggak dikasih HP biar gampang smsan dan tau kalo anaknya tinggal disuatu tempat tanpa “alamat palsu” (dangdutmania)
    ha ha ha…..

    mandor
    Terima kasih atas doanya om Vyan
    Tempat ayah tinggal berada di bukit. Sinyal tidak bisa menjangkau, jadi untuk bisa berkomunikasi harus turun bukit ke jalan raya nyari sinyal

    • 5 Oktober 2011 21:36

      bang mandor kalau di film serdadu kumbang….ketika si ame mau menghubungi ayahnya dia tuker kambingnya dengan hape dan waktu beli pulsa dia minta sekalian sinyalnya (karena kalau mau telpon harus naik pohon dulu.)

      mandor
      hahahha beli sinyal
      saya sampe ngakak dengan statemen itu

  12. 5 Oktober 2011 15:48

    Alhamdulillah akhire bisa juga kubuka blog ini, soalnya dari tadi sulit banget dibuka..

    Ayah, ah saya paling enggak bisa berbicara tentang sosok ayah sam.. Tapi tetap doa selalu kupanjatkan, karena tanpa sponsor dari beliau tak pernah ada saya di dunia..

    Sam tanggal 29 itu kelahiran puterinya ya? wuih pas banget dengan tanggal lahir blogku.. Selamat sam.. saya ikut berbahagia melihatnya.. wah nambah maneh nih keponakan..hehe

    mandor
    Akhirnya sampeyan bisa berkomen di tempat saya ini hihihihi. Menjadi ayah tidak ada pelajarannya, belajarnya itu ya harus dilakukan. Terima kasih atas doanya kepada saya dan anak saya ya

  13. 5 Oktober 2011 15:51

    Amboiiiii, sudah jadi ayah to? Wah, selamat ya, Pak Ndor 😀
    Menjadi ayah itu ndak ada sekolahnya, itu naluri.

    Ingat, Pak Ndor, kita sudah pengalaman menjadi anak, maka kita akan tau apa yang dibutuhkan anak. Di situlah peran ayah yang baik akan muncul dengan sendirinya, naluri untuk memenuhi kebutuhan anak, khususnya kebutuhan cinta dan perhatian 😀

    Satu lagi, mana fotonyaaaa…..

    mandor
    whaa dapet pelajaran baru dari sist Cho, terima kasih sist.
    Fotonya … waduh ??? Foto di atas masih gak bisa mewakili ya?

  14. 5 Oktober 2011 20:36

    Selamat menjadi ayah pk Mandor…. 🙂
    Wah, tulisannya mengingatkanku akan ayah… jadi ingin cepat pulang… 🙂

    mandor
    terima kasih atas doanya ya
    Monggo kalau kangen dengan ayah segera pulang

  15. 5 Oktober 2011 21:39

    selamat belajar jadi ayah…..saat saya baru2 menjadi ayah…rasanya koq aneh banget gitu, karena kita diharuskan menjadi panutan dan pengambil keputusan di keluarga kita….namun sejalan dengan waktu akhirnya terbiasa juga.
    *kalau ada waktu dan uang sebaiknya temui orang tua sesering mungkin karena begitu mereka tidak ada kita akan merasa sesuatu yg hilang dari hidup kita….”

    mandor
    terima kasih ya atas dukungannya. Semoga peran ayah kali ini semakin mendewasakan saya dalam kehidupan

  16. 6 Oktober 2011 05:25

    peran seorang ayah memang besar 🙂

    mandor
    iya, bahkan seorang ayah pun dituntut untuk tahu segala hal pertanyaan anaknya

  17. 6 Oktober 2011 06:53

    semoga bisa menjadi ayah yang baik dan bisa jadi contoh buat anak2nya ya sob…. amin3x

    salam persahabatan selalu dr MENONE

    mandor
    terima kasih atas dukungannya ya. Semoga doa-doa baik kita dikabulkan oleh Tuhan

  18. 6 Oktober 2011 19:49

    Kemana aja Bang..
    selamat datang kembali..
    dan selamat menjadi ayah..

    mandor
    setelah sekian lama bertapa di ranah nyata, sekarang kembali menulis apa yang ada di kepala. Terima kasih atas doanya ya

  19. wahyu asyari m permalink
    7 Oktober 2011 07:51

    jadi inget ayah dikampung 😦
    *mbrebes mili*

    mandor
    segera kontak ayah sekarang, biar terobati kangennya

  20. 7 Oktober 2011 15:43

    barokalllah ya bang, semoga finessa sehat2 selalu menjadi anak sholeha amiin. sudah mulai jadi ayah sekarang 😀

    mandor
    horeee puteri amirillis berkenan datang ke blog saya ini
    terima kasih atas doanya

  21. 7 Oktober 2011 16:46

    Selamat memasuki sekolah kehidupan menjadi ayah,
    Nessa sangat beruntung hadir menemukan sosok laki-laki yang mempertanyakan kualitas ke-ayahannya, pasti bisa bang Mandor :).

    mandor
    terima kasih atas dukungannya ya
    Semoga saya bisa melalui ini semua

  22. 8 Oktober 2011 20:43

    What??
    Tentang ayah juga??
    #nangis di pokokan, mewek lagi 😥

    Semoga Bang Mandor bisa menuntun si kecil agar menjadi anak sholehah 🙂

    mandor
    lhoo ternyata bukan saya saja ya yang posting tentang ayah.
    Terima kasih atas doanya ya

Tinggalkan Balasan ke kakaakin Batalkan balasan